Hidup Bersahaja di Rumah Desa

baliterkini.com

Tabanan, Baliterkini.com - Bagaimana sebenarnya kehidupan orang Bali sebelum memasuki jaman modern. Dimana kehidupan pertanian di jaman dulu begitu melekat dengan berbagai aktivitas kehidupan pedesaan yang sarat akan nilai – nilai luhur budaya Bali.

Untuk kembali mengenangnya, ada sekelumit jejak kehidupan masyarakat Bali yang masih tersisa untuk bisa kita kenali secara mendalam dalam sebuah kegiatan atraksi wisata tentang Daily Life orang Bali sebagai salah satu bagian dari kearifan lokal. 

Di sebuah rumah penduduk  di Desa Banjar Baru Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan terdapat beberapa bentuk rumah semi kuno dengan berbagai perkakas dapur, perlengkapan kebutuhan kehidupan orang desa di kehidupan dulu bisa menjadi perhatian pengunjung. Sebagian besar merepleksikan benda- benda kuno yang berhubungan dengan kehidupan manusia sekaligus melihat berbagai kegiatan penghuni rumah dalam aktifitas kesehariannya. Semua ini dapat anda saksikan dalam sebuah paket wisata yang dipersembahkan oleh wisatawan dari “ Rumah Desa”.

Di Rumah Desa, Anda akan diajak belajar mengenali tentang kehidupan sosial di Bali, Kebudayaan, Aksara, dan Agama. Pemandu yang merupakan bagian dari keluarga besar di rumah ini akan secara detail memberikan jawaban dari pertanyaan – pertanyaan seputar tentang lingkup yang ada disini. Bagi pengunjung, bersiaplah untuk mengawalinya dengan sebuah kata Why ?  yang bisa anda lontarkan ke tiap objek yang dianggap menarik untuk kita ketahui.

Mamasuki halaman paling depan, Anda akan dihadapkan sebuah bangunan Jineng. Dimana nampak disekitar Jineng kesibukan dari sosok orang yang sudah tua, mereka melakukan kegiatan ringan seperti membikin Canang untuk kaum perempuan dan yang laki membuat Katik Sate ( Tusuk Sate ) dari bahan bambu. “ Jadi beginilah cara orang tua sekarang mengisi waktu untuk membunuh waktu mereka di masa senjanya, sehingga mereka bisa menjalani hari demi hari tanpa rasa bosan, “ terang I Wayan Sudiantara, penghuni rumah sekaligus pemilik dari “ Rumah Desa”.

Sudiantara, juga menekankan ke setiap wisatawan melalui pemandu yang setiap menemani wisatawan yang datang untuk mengenalkan Local Genius yang dimiliki oleh leluhur Bali. Salah satunya mengenalkan Boreh Bali yang secara tradisional merupakan campuran rempah yang pada umumnya dipakai oleh petani jaman dulu untuk menghangatkan tubuh mereka setelah seharian berkecimpung dengan air. Campuran rempah yang terdiri dari cengkeh, beras, kencur, kayu sugi, pala, dan arak Bali. Boreh bukan obat, hanya sebagai penghangat tubuh sekaligus sebagai alat ukur kondisi tubuh kita.

Efek dari boreh Bali ini 5 menit bisa dirasakan setelah dipoles ke permukaaan kulit. Jika suhu tubuh normal Boreh ini akan menunjukan efeknya yang seketika kering,  bila suhu tubuh dingin akan masih kelihatan basah, “ semua ini merupakan unsur dari alam, kelihatan sederhana tetapi memiliki khasiat yang merupakan product nature dari orang tua dulu, kalau jaman sekarang penggantinya adalah termometer, “  terang Sudiantara dengan penuh canda.

Selain mendapatkan penganalan tentang sisi – sisi lain kehidupan Bali yang jauh dari keadaan sekarang. Di Rumah Desa yang memiliki luas pekarangan 30 are ini menampilkan cara memasak secara tradisional. Anda pun bisa melakukannya langsung dengan turut serta menjadi bagian mengikuti kelas memasak yang hasilnya bisa dinikmati setelahnya. Selain itu beberapa paket wisata yang ditawarkan juga bisa menginap di dalam rumah yang nampak luarnya khas Bali namun di dalamnya berfasilitas modern.

Di Rumah Desa, kita juga diajak trekking melewati kebun- kebun keluarga untuk selanjutnya berinteraksi dengan petani setempat. Di dalam tegalan yang luasnya 40 are, Anda bisa melewatinya susaana tegal dan persawahan menyusuri jalan setapak atau melewati jalur lain menggunakan sepeda. “ Menyusuri jalan ini kita bercerita tentang kegiatan bertani orang tua dulu jauh sebelum adanya alat transportasi, mereka setiap hari melewatinya dengan beban di jalan yang penuh tantangan, “ imbuh Sudiantara

Tradisi lain, yang akan dijumpai di kawasan persawahan ini tentang bagaimana cara mengolah sawah yang hingga kini masih dilakukan secara tradisional. Sawah yang masuk dalam kelompok Subak Abian, Kecamatan Marga, Tabanan ini sebagian besar masih menngunakan sapi dalam pengolahannya.  Dalam tehniknya, ada beberapa tahapan mengolah lahan menggunakan tenaga sapi yakni Matekap, Ngelampit,dan Pengulung. Salah satu yang dikenalkan disini adalah Ngelampit. Yang mana pada tehnik Ngelampit , Metekap, Pengulung sama – sama turun ke lumpur mengggunakan sapi. Yang membedakan hanya terdapat pada alat yang berkonsentrasi ke tanah.

Bagi pengunjung, bisa mencoba untuk turun ke lumpur bercengkarama langsung dengan petani bersama dua ekor sapi. Sapi yang sudah terlatih ini akan mengikuti perintah ketika dikendalikan. Ketika tehnik mengolah dilakukan, perintah yang paling sering adalah belok kiri dan kanan, isyarat ini bisa  Anda perhatikan melalui isyarat suara Sis belok kanan dan Kek belok kiri. Dua ekor sapi yang bernama Eka dan Mega ini merupakan sapi yang sudah dilatih yang usianya sudah 6 tahun, “ Disini kita punya semacam laboratorium pertanian, kita kenalkan tehnik pengolahan secara tradisional, “ kata Sudiantara.

Apa yang terdapat di Rumah Desa bukan sekedar menambah pengalaman baru dalam belajar mengenal kehidupan tadisi. Apa yang masih tertinggal disini merupakan sebagai bentuk menjaga tradisi Bali yang mulai tergerus dari tradisi modern yang dikembangkan dalam paket wisata, “ Konsep kita disini, bagaimana kita bisa menjaga warisan leluhur kita untuk dipertahankan dan diperkenalkan kepada wisatawan, sehingga masyarakat lokal bisa diperdayakan, “ pungkas Sudiantara.

Rumah Desa bisa dijangkau dari Obyek Wisata Alam Jati Luwih, sekitar 8 kilometer ke arah selatan atau sekitar 40 kilometer dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Rumah Desa mulai dikembangkan pada tahun 2011 dan ramai dikunjungi wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa dan tidak menutup kmungkinan juga domistik. [BT]


TAGS :

Related Articles

- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng

- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi

- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali

- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan

- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau

Komentar