Di Pulaki, Banyak Monyet Mengintai Isi Banten
Buleleng, Baliterkini.com - Pura Pulaki memiliki pemandangan yang begitu eksotik menampilkan pura menghadap ke laut. Lingkungan Pura Pulaki terletak di bawah perbukitan jalan raya jurusan Singaraja – Gilimanuk. Pura ini akan ramai dikunjungi oleh umat yang bersembahyang saat hari – hari suci di Bali. Pura ini berada di sebelah barat kota Singaraja yang berjarak sekitar 54 kilometer. Selain menawarkan keindahan wisata reliji, Pura Pulaki juga dihuni oleh kawanan monyet yang memiliki karakter nakal, terlebih kepada umat yang bersembahyang.
Menurut Ketut Tastra, Pecalang Pura yang setiap hari berjaga mengamankan kehadiran umat mengatakan, kehadiran monyet ini bila tidak dijaga akan membuat rusuh. Sasaran monyet ini yang paling disukai adalah telor yang ada di dalam haturan atau persembahan, buah, serta kresek yang berisi bunga gumitir, “ Sasaran pertama adalah telor yang berada di daksina setelah dapat dia langsung menjauh, “ ujarnya. ( 2/05/2015 )
Tastra, yang hampir setiap hari menjaga umat, menguasai betul karakter monyet yang ada di sekitar pura. Mereka lebih sering melihat kelakuan monyet jahil terhadap pengunjung yang bersembahyang, selain menyasar sarana persembahyangan, monyet ini juga mengambil sandal milik umat yang bersembahyang. Selama ini belum pernah dilihatnya mengambil barang bawaan seperti kaca mata dan kamera.
Untuk itu, dirinya selalu waspada bertugas mangamankan kehadiran monyet agar tidak menjahili umat yang sedang bersembahyang. Sebagai perlengkapan, dirinya hanya berbekal sebatang kayu yang panjangnya sekitar satu meter untuk menakut – nakuti. Hingga saat ini, dirinya beserta rekan pecalang yang lain tidak pernah sampai memukul bahkan menyakiti monyet disini, karena yakin bahwa kehadiran monyet ini berkaitan dengan sejarah keberadaan pura dan disakralkan yang bertugas sebagai penjaga kawasan pura.
Pura Pulaki yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu diyakini keberadaannya mulai ada sejak jaman prasejarah. Sumber tersurat dalam beberapa lontar dinyatakan pula menyangkut hubungan erat dari kedatangan seorang sulinggih pada waktu itu bergelar Ida Bhatara Danghyang Nirartha sekitar abad ke-16. Sehingga, di pura ini dijadikan sebagai stana atau linggih Sanghyang Widhi dan tempat umat memuja bakti kehadapan Danghyang Dwijendra.
Di dalam Dwijendra Tattwa mengenai asal mula berdirinya pura atau khyangan pulaki disebutkan: Pada waktu itu istri Danghyang Nirartha Sri Patni Kaniten yang berasal dari Blambangan bergelar Mpu Istri Ktut dalam keadaan payah menyembah Danghyang Nirartha dan berkata, "Mpu Danghyang, dinda tidak kuasa lagi melanjutkan perjalanan dan rasanya ajal hamba sudah tiba, karena itu ijinkanlah dinda sampai disini saja mengiringi Mpu Danghyang.
Sekarang, beberapa Pesanakan Pura Agung Pulaki berada tidak jauh di kawasan ini , antaranya di selatan terdapat Pura Agung Melanting sebagai stana I Dewa Ayu Melanting, bagian timur bernama Kertha Kawat sebagai stana I Dewa Mentang Yuda, barat bernama Pura Pemuteran sebagai stana Ida Bhatara Manik Ngencorong, dan sebelah utara adalah Pura Pabean sebagai stana dari I Dewa Ayu Mas Subandar.
Pura Pulaki memiliki kondisi alam yang berbukit, dimana kawasan ini merupakan terdiri dari banyak pura yang masih memiliki keterkaitan dari keberadaan Pura Pulaki. Perpaduan antara alam perbukitan, dan laut ini memberikan kesan alami selain menyimpan nilai spiritual yang begitu kental. Kesan ini seolah menyatu menjadi daya tarik setiap wisatawan yang kebetulan berkunjung. Persis dihadapan pura menrupakan laut berupa teluk Pulaki. [BTcom]
Related Articles
- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng
- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi
- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali
- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan
- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau