Menyelinap Diantara Bukit “ Virgin Beach “

baliterkini.com

Karangasem, Baliterkini.com - Sebuah pantai yang berjarak sekitar 6 Kilometer arah timur dari obyek wisata Candidasa menyimpan sebuah panorama alami. Hamparan pantai yang diapit dua bukit ini memiliki tekstur berpasir putih kehitaman. Pantai yang membentang sepanjang 300 meter ini oleh masyarakat disana disebut  pantai Bias Putih yang keberadaannya menyangkut dua desa yakni Desa Adat Perasi dan Desa Adat Bugbug, di Kabupaten Karangasem, Bali.

Setelah dilirik sebagai tempat wisata, pantai Bias Putih perlahan dikenal secara luas. Turis pun menamai pantai Bias Putih dengan nama lain Pantai  Virgin Beach dan White Sand Beach, “ Pantai ini mulai bergeliat sekitar awal tahun 1990-an, dua desa adat mempersembahkan alam secara alamiah untuk siapa saja sebagai kawasan umum , “ ucap Mas Astawa, selaku Kelihan Desa Adat Bugbug. ( 04/05/2015 ).

Dia menambahkan, sebagian besar  kawasan pantai  Bias Putih berada dalam kawasan Desa Adat Bugbug. Namun karena kendala akses menuju kawasan, Desa Adat Perasi  dalam hal insfrastruktur jalan, turut andil dalam memberikan kemudahan menuju pesisir pantai. Jalan ini merupakan satu – satunya jalan yang sekaligus terhubung menuju Pura Dalem Perasi.  Sehingga dua desa adat ini, menyelaraskan pandangan mereka untuk mempersembahkan alam berupa pantai nan indah dan alami untuk dipersembahkan kepada  pengunjung dari mana saja.

Pantai Bias Putih, mudahnya bisa ditemukan dengan masuk ke jalan Desa Perasi tepatnya di pinggiran Jalan Raya yang merupakan jalur utama kota Amlapura - Padang Bai. Nama pantai ini hanya dipertegas dengan sebuah papan nama bertuliskan cat warna putih White Sand Beach dan Virgin Beach . Sepanjang 1 kilometer menuju arah selatan, pemandangan kehidupan pedesaan akan turut memberi kesan berbeda sepanjang jalan yang beraspal, hingga kemudian ujungnya bertemu jalan tanah. Kehidupan penduduk dengan mayoritas petani selaras dengan alam pertanian jadi suguhan gratis sepanjang jalan.

Setelah turun di halaman parkir, tidak serta merta dapat melihat wujud pantai yang dinanti – nanti. Umumnya, semua kendaraan wisatawan hanya tertahan di areal parkir yang teduh dengan pepohonan di sekelilingnya. Perjalanan kembali dilanjutkan dengan berjalan kaki  di medan jalan tanah dan bebatuan agak landai. Sesekali kendaraan milik warga setempat melintas di jalan yang hanya cukup dilintasi oleh satu mobil. Upaya jalan kaki ini hanya ditempuh sekitar 5 menit dan keindahan berupa garis pantai serta daratan berupa pulau kecil terpampang ditengah air nan biru nampak dikejauhan.

Pantai Bias Putih masih terkesan alami, kehadiran kawasan ini tidak serta merta memberikan sarana akomodasi secara massif dan modern. Kesan alami ini bisa dilihat dari beberapa kios milik warga yang menjual aneka makanan dan cinderamata. Suguhan bangunan alami beratapkan ilalang semi permanen masih terjaga dengan baik.  Beberapa jasa penyedia kursi payung pun bertebaran menawarkan kenyamanan sebagai fasilitas tambahan.

Pantai Bias Putih memang berbeda dengan pantai yang berada di sekitarnya, menurut warga setempat, pantai ini bisa terbilang aneh, “ Hanya pantai disini pasirnya berwarna putih bercampur sedikit hitam, “ ungkap Komang Yos. Umumnya pasir putih akan terasa lebih sejuk bila dibandingankan dengan pasir hitam ketika terpapar sinar di siang hari. Kesejukan pun bertambah dengan hadirnya dua bukit dengan lahan tidur. Pantai Bias Putih, uniknya lagi menjadi bagian dari dua bukit yang berbeda, yakni bukit Perasi di bagian timur, dan bukit Asah di bagian barat. Sementara dibagian utara merupakan ladang milik warga setempat yang hanya di tumbuhi oleh kelapa tumbuh rimbun dan berbuah.

 Karena sudah menjadi fasilitas umum, kawasan pantai ini pun selalu ramai dikunjungi pengunjung. Dengan membayar tiketmasuk tiga ribu rupiah sudah bisa menikmati keindahan pantai yang masih terjaga oleh sentuhan investor.  Aktifitas yang umumnya dilakukan, pengunjung bisa renang di tepian, berjemur, serta melakukan aktifitas snorkling dengan menyewa boat yang telah tersedia.

Komang Yos, warga setempat yang merupakan penyedia jasa Snorkeling mengatakan, untuk bisa melihat keindahan coral dan perpaduan ikan, setidaknya ada 4 titik snorkling yang bagus, salah satunya berada di balik bukit sebelah barat, “ Snorkling start dari pantai ketengah laut sekitar 40 – 60 meter dan bisa juga dari balik bukit, “ ujarnya. Untuk bisa mencoba jasa ini, pengunjung cukup menyewa perahu boat serta perlengkapan yang sudah disediakan kisaran Rp 300 ribu sekali sewa.

Turis atau wisatawan tidak hanya datang dari mancanegara saja. Wisatawan lokal pun turut berbaur  “ menyelinap “ diantara perpaduan alam, pantai dan bukit ini. Berhubung jarak antara obyek wisata Candidasa tidak begitu jauh, banyak wisatawan yang datang secara langsung dari sana menggunakan jasa sewa perahu dan turun di pantai ini.

Pantai Bias Putih tidak serta merta menyuguhkan alam yang alami, kenyamanan juga sangat ditekankan yang sudah diamanatkan untuk warganya selalu berbuat sopan, ramah terhadap wisatawan dan ramah terhadap lingkungan melalui berbagai bentuk upacara keagamaan yang dilangsungkan desa setempat. Sehingga vibrasi alam ikut mempengaruhi keadaan sekitar. [ BT ]


TAGS :

Related Articles

- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng

- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi

- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali

- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan

- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau

Komentar