Perjalanan Buah Anggur Menjadi Wine

baliterkini.com

Sanur, Baliterkini.com - Saat mencicipi minuman wine, tahan minuman di dalam mulut sesaat. Kemudian telan, anggur yang baik akan memiliki cita rasa. Dibalik tangkai gelas wine inilah minuman wine melepaskan aromanya kepermukaan gelas yang dibuat oleh Hatten Winery, Sanur, Bali.

Minuman wine produksi Hatten Winery sebagian besar berasal dari buah anggur lokal yang dipetik petani. Jenis buah anggur ini menghasilkan minuman wine yang berasal dari tiga varietas anggur kwalitas baik. Alfonso de lavalle yang dikenal dengan anggur singaraja berwarna hitam ini dipilih untuk menghasilkan Rose, Aga Red, Jepun Sparkling Rose, dan Pino de Bali Red, “ Selain itu kita tanam di kebun singaraja, Anggur Belgia dan Anggur Probolinggo Biru, sebagai bahan baku wine lokal jenis Aga dan Tunjung Wine, “ kata Lila Yudiana, selaku Sales Manager.

Sebagai produsen wine lokal, selama ini tidak pernah terbentur oleh bahan baku. Buah anggur lokal tidak mengenal musim, sejauh dilakukan perawatan yang maksimal maka kebutuhan akan buah anggur bisa dipenuhi untuk menghasilkan produk wine secara konsisten. Buah anggur yang berasal dari kebun di Sangalangit, Singaraja ini dikenal sebagai istilah lokal grape atau table grape, “ Ini artinya buah anggur yang sengaja ditanam petani yang kita konsum ini, kemudian kita jadikan buahnya sebagai wine, “ terang Lila.

Sedangkan khusus untuk wine Two Island, buah anggur yang digunakan berasal dari buah anggur import  ( Vinegrape ), karena kwalitas buah anggur yang dihasilkan lebih bagus melihat dari kondisi suhu yang berada di daerah asalnya.

Seluruh proses pembuatan wine dilakukan di pabriknya sendiri yang beralamat di Jalan Danau Tondanu, Sanur. Disini, digunakan teknik fermentasi setelah melalui tahapan Crushing dan pengendapan kedalam Dry Tank sampai menghasilkan jus yang betul- betul bening dari Cream atau bersih dari endapan. Proses fermentasi ini bisa membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan lamanya. Sedangkan khusus wine merah atau red wine diumurkan dulu kedalam Barrel yang berbahan kayu Oaks. Proses ini jauh lebih lama dibandingkan white wine, yang butuh waktu pengumuran hingga maksimal delapan belas bulan.

Hatten Winery, bukan terbuka untuk umum, namum mereka memberi pengetahuan untuk mengenal wine lebih dalam khusus bagi jaringan, atau outlet- outlet tertentu yang berhubungan dengan hotel, restoran, dan cafe. Khusus wisatawan, bisa datang langsung ke kebun anggur ( Vineyard )  yang berada di Singaraja, Disana wisatawan akan diajak berkeliling kebun anggur sembari mensesap jenis wine yang tersedia lewat sebuah paket tour. 

Mencicipi wine, menurut Lila, secara umum sangat sederhana, “ Kalau kita ingin mengetahui wine yang baik bisa di tes, kedua di nose kemudian di swing cari aromanya. Kalau matang kelihatan dari tekstur warna berubah, level alkoholnya kelihatan, “ Papar Lila.

Lanjut Lila, jika minuman wine sebaiknya disesuaikan jenis makanan dan minuman wine selaku peneman yang pas. Logikanya, jika hendak mengkonsumsi white meat penemannya tentu white wine, untuk red meat penemannya yang apasti adalah red wine, “ Kadang insting orang yang minum wine tidak metcing,  misalnya dia makan steak tapi minumnya white wine, makan seafood minumnya red wine. Nah, itu pakai insting berarti, mereka minum wine pakai insting. Kita sadari saja, mereka pasti menggunakan insting yang dipakai memilih wine, “ imbuhnya. [BT]


TAGS :

Related Articles

- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng

- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi

- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali

- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan

- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau

Komentar