Bermain di Lapangan Puputan

baliterkini.com

Denpasar, Baliterkini.com - Lapangan Puputan Badung selain sebagai tempat kegiatan pemerintahan, tempat ini juga sebagai tempat pertemuan warga yang berfungsi untuk lebih mengenal satu sama lain. Kaum muda – mudi sampai kaum orang tua hampir pernah datang meluangkan waktu mereka untuk sekedar bersantai. Mereka datang dari berbagai asal, latar belakang dan berbagai bidang. Tujuannya tiada lain hanya untuk bersantai, entah itu sendiri atau bersama keluarga tercinta.

Lapangan Puputan kini juga tak lepas dari ornamen bali. Tepat di pojok barat laut, berdiri kokoh bentuk arsiktektur Bali. Bentuk ini menguatkan nama Lapangan Puputan menjadi nama Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung. Penambahan nama I Gusti Ngurah Made Agung sudah barang tentu melalui berbagai usulan, pertimbangan dan keputusan.

Penentuan nama Lapangan Puputan menjadi nama Lapangan I Gusti Ngurah Agung merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap jasa para pejuang. Beliau merupakan sosok pahlawan yang gugur dalam perisitiwa heroik puputan Badung tahun 1906 melawan kolonial Belanda. Namanya kini terukir apik dalam sebuah figura berbahan batu bata. Menghadap patung catur muka yang tak kalah kokohnya berdiri tegak menyambut pengunjung.

Lapangan puputan secara menonjol adalah sebuah patung dengan tiga sosok pejuang yang bersemangat, patung tersebut berada ditengah kolam teratai. Terdapat sebuah tanggal peresmian di bagian prasasti yang tertempel permanen. Ketika persmiannya tanggal 20 September 1979, prasasti tersebut ditanda tangani oleh Prof DR Ali Wardhana selaku Menteri Keuangan Republik Indonesia saat itu.

Lapangan Puputan bukan saja sebagai ikon jejak sejarah perjuangan rakyat Bali, kini lapangan puputan selalu dibanjiri pengunjung. Letaknya yang strategis di pusat kota merupakan bagian dari nol kilometer wilayah Bali. Sangat mudah dipakai patokan untuk menjadi central poin tempat bertemu atau berkumpul antar sesama dan rekan. Seperti halnya warga asal Karangasem yang tinggal di Sesetan ini, mereka bersama rekannya sangat begitu nyaman dan mudah melangsungkan kegiatan bersama.

“ Saya selalu memilih tempat ini untuk kegiatan olah raga bersama, karena lokasinya mudah dijangkau dan nyaman “, kata Sidia ditimpali keringat yang mengucur di tubuhnya setelah berjalan mengelilingi lapangan empat kali putaran.

Bukan saja sebagai tempat olah raga, Lapangan Puputan yang berada diantara berbagai bangunan pemerintahan dan fasilitas umum juga dimaanfaatkan oleh sejumlah kaum muda – mudi untuk saling bertemu menjalin kedekatan antar mereka. Sebagai sarana penunjang, terdapat beberapa tempat duduk di bawah pohon perindang. Fasilitas ini membuat semakin nyaman dan segar berada di tengah – tengah hiruk pikuk kota Denpasar.

“ Tempatnya bagus, bersih dan sejuk. Saya bersama teman datang kemari karena pas lagi santai saja “, ujar Dede singkat, remaja yang mengaku baru tamat Sekolah Menengah Atas.

Dibalik keasriannya menyuguhkan kesejukan dan kenyamanan, tentunya Lapangan Puputan dari masa ke masa menjadi berbagai saksi bisu perhelatan budaya dan kegiatan pribadi. Seiring dengan nama dan letaknya di titik nol. Lapangan Puputan sedianya bisa memberi awal dari berbagi kisah dan langkah baru dalam seluruh aspek masyarakat yang pernah berkunjung di tempat ini untuk menginspirasi ke arah yang lebih baik. Sehingga nama Lapangan Puputan tetap berkobar manjadi tersohor di mancanegara. [BT]


TAGS :

Related Articles

- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng

- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi

- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali

- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan

- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau

Komentar