Wayang, Hiburan Sepanjang Masa
- 07 Juli 2014
- Traditional
- Badung
Badung, Baliterkini.com - Berbagai lawakan tercipta, dari balik sebuah layar yang terbuat kain putih yang disebut Kelir berukuran 4 meter dengan 2 meter. Dari balik layar inilah berbagai tokoh wayang memainkan perannya masing – masing. Ada sosok yang paling berperan menjadi narator di belakangnya, yakni Dalang. Melalui seni pertunjunkan wayang ini, masyarakat mendapatkan hiburan segar ditengah derasnya acara hiburan di televisi.
Seringkali lawakan berupa sindiran, kritikan, sanjungan, menjadi bumbu dalam pertunjukan wayang. Berbagai usia dan kalangan hadir menikmati suguhan wayang yang kini semakin tampil modern dibandingkan pada era 80-an, dimana wayang sekarang lebih inovatif memadukan unsur modern.
Kini, wayang telah berada dihati rakyat. Dalam Sebulan, hampir ada saja pertnjukan wayang yang dipertontonkan ke masyarakat. Baik itu wayang yang dikhususkan hadir untuk menghibur atau memang diundang oleh pihak yang punya upacara, misalnya otonan atau perkawinan.
Salah satu wayang di Bali, yang memiliki pamor atas ciri khasnya dalam penampilannya adalah Wayang Joblar, Joblar kependekan dari Jeritan Orang Berani Lantaran Anjloknya Rupiah. Wayang Joblar lahir ketika ada reformasi, tepatnya tahun 1998 silam, dimana terjadi goncangan pemerintah ketika itu.
Dalam suatu hajatan yang diundang oleh salah satu anggota masyarakat, mereka seringkali tampil memberikan hiburan. Wayang Joblar, dimana dalangnya adalah Ketut Muada merupakan Wayang Asal Tumbak Bayuh, Badung. Pertunjukannya tidak jauh beda dengan Wayang Umumnya di Bali, hanya saja mereka menghadirkan lawakan dari tokoh punakawan dikemas secara kosmodern. Dimana tokoh punakawan yang dimiliki antaranya, Penyanyi Dangdut Inul Drastita, Sohimah, dan tak ketinggalan Sangut, dan Joblar, mereka tampil lebih modern, mengungkap fenomena yang ada di masyarakat sekarang.
“ Setiap Wayang sekarang mempunyai kratifitas dan inovatif tersendiri. Wayang yang membedakan hanya style atau gaya yang dimainkan. Dalam konsep wayang bali, kita tetap memakai struktur atau pakem dari epos Ramayana atau Bharata Yudha, “ kata Dalang Ketut Muada yang pertama kali memainkan wayang di tahun 1998.
Memainkan Wayang agar esensi yang disampaikan mudah dimengerti dan menghibur, lanjut Muada, menerapkan tiga strategi dalam menciptakan lelucon. Dimana dalam hal ini, seorang dalang harus memiliki keahlian memancing penonton dalam selipan – selipan dialog. Ketiga strategi yang menjadi target utamanya adalah anak-anak, orang dewasa, dan orang tua. Dalang harus memiliki kehalian menyentuh semua ini dalam menyelipkan lawakan segar.
Bahasa Wayang, kerap memnggunakan bahasa yang lumrah di hati masyarakat, yakni bahasa bali. Kebanyakan bahasa bali diucapkan oleh sosok punakawan, misalnya Sangut, Delem, Merdah, Tualen. Sedangkan Bahasa Kawi, sering diucapkan oleh tokoh Ramayana, seperti Sri Rama atau Hanoman.
Pertunjukan wayang , melibatkan banyak personel, setidaknya ada 40 orang yang terlibat di dalamnya untuk sekali pentas. Wayang telah menjadi produk hiburan alternatif, tidak semua wayang ada di dalam peti ini bisa dimainkan. Semua disesuaikan dengan situasi pagelaran diadakan, seperti pentas untuk upacara atau sebagai hiburan. Dalam sekali pentas, wayang bisa menghibur penonton selama 2 sampai 3 jam lamanya.
Kini, Wayang menjadi kesenian tradisi yang tumbuh dan berkembang di tengah pesatnya laju media hiburan. Melalui berbagai bayangan, Wayang disambut positif oleh penggemarnya dari berbagai kalangan sebagai kesenian yang bernilai magis bagian dari kekayaan seni nusantara. [BT]
Related Articles
- Unique Ritual at Telaga Maya, Ducks Appear to Swim in Dry Waters
- Pesona Pagi di Sangkaragung, Bersepeda Menyusuri Warisan Penenun Songket
- Gambaran Video Ritual Pernikahan di Bali yang Sederhana dan Autentik
- Krama Istri Panjat Pinang, Tradisi Unik dalam Karya Agung di Desa Pulukan
- Tirta Kamandalu: taking a nectar of life in the middle of the ocean