Menyambangi Makam Mads Lange

baliterkini.com

Badung, Baliterkini.com - Kuta menjadi daya pikat tujuan wisata dunia yang luar biasa. Daya tarik kuta tak lepas dari Sunset yang diperkuat dengan ombak dan pasir putih yang indah. Tak sedikit, mereka yang sudah pernah menjejaki pantai Kuta selalu memendam hasrat untuk kembali.

Hingga kini, spirit Kuta tetap berdenyut menjadi ikon pariwisata bali. Tak lepas dari daya pikat yang disuguhukan pantai Kuta, di kalangan masyarakat Kuta telah dikenal seorang tokoh yang pernah memiliki peran dalam memainkan perkembangan Kuta. Nama tokoh itu, Madas Johansen Lange. Makamnya pun masih ada dan dikunjungi oleh sebagian kecil wisatawan Denmark yang tau tentang keberadaannya.

Makam Mads Lange, berada di pinggiran Tukad Mati, tepatnya di sebelah barat jalan By Pass Ngurah Rai, dinamai Jalan Tuan Lange. Makam Mads Lange berdiri berdampingan dengan kuburan Cina yang luasnya sekitar 4 are. Lokasinya persis bersebelahan dengan rumah penduduk dan pangkalan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kuta.

Menurut seorang warga Kuta yang bertugas memegang kunci makam, makam ini sering dikunjungi wisatawan asing, lokal maupun kerabat Mads Lange. Maklum saja, setiap ada kunjungan, dialah yang bertugas mendampingi serta membukakan gerbang yang terkunci.

“ Dulunya pintu memang tidak saya kunci, bagi yang sering datang berziarah mereka tahu. Kadang ada juga permisi ke rumah saya minta untuk dianterin melihat – lihat makam. Tapi, semenjak ada yang datang tidak bertanggung jawab, buang sampah dan bau besing di areal makam, pintu saya kunci. Apalagi dulu tiap malam Jum’at Kliwon, ada saja yang datang kesini untuk Semedi, jejaknya ketahuan, “ ungkap Ni Made Widiani yang memiliki rumah di sebelah selatan kuburan Cina dan Makam Lange.

Selain dipercaya sudah 25 tahun memegang kunci makam, ia beserta suaminya I Wayan Wana turut menjaga kebersihan areal makam. Tiap kali rumputnya tinggi, mereka berdua membersihan secara bergiliran. Hingga sekarang mereka masih tetap setia menjaga dan merawat sekaligus bersembahyang di makam tersebut.

“ Kami tiap hari bersembahyang disini memohon keselamatan secara Niskala. Kami menghaturkan canang seadanya, sama dengan apa yang dihaturkan di rumah, “ tuturnya.

Menurut buku catatan Kuta Membangun, Jejak Mad Lange di tanah Kuta dapat diperiksa dari berbagai catatan sejarah Kuta abad ke -19. Dia tidak juga pernah menguasai pelabuhan Kuta menjadi Syahbandar, tetapi juga menikahi gadis Kuta keturunan Cina.

Mads Lange dilahirkan di suatu pedusunan Rudkobing di Denmark, 18 September 1807. Awalnya Lange mengembangkan usaha dagangnya di Lombok bersama rekannya seorang Inggris kelahiran Denmark, John Burd. Dalam pengembangan usahanya di Lombok, Lange menjadi saingan berat George Peacock King, seorang pedagang Inggris. Karena ambisinya yang besar untuk memonopoli perdagangan di Ampenan, King diusir dari Lombok dan menetap di Kuta ( Bali ). Beberapa bulan kemudian King kembali lagi ke Lombok dan menempatkan dirinya di bawah perlindungan Raja Mataram-Lombok. Sementara Lange mendapat perlindungan dari Raja Karangasem-Lombok.

Lange juga memerankan politik standar ganda. Selain menjadi kepercayaan raja-raja Bali, dia juga dipercaya menjadi Wakil Pemerintah Hindia Belanda di Bali. Dalam posisi inilah dia banyak berperan dalam perkembangan politik Bali. Bahkan, dengan politik diplomasinya Lange dapat dianggap berjasa dalam mewujudkan perdamaian antara raja – raja Bali dan Belanda pasca peristiwa Perang Kusamba, 24 – 25 Mei 1849.

Lange sendiri akhirnya meninggal pada tanggal 13 Mei 1856. Masyarakat Kuta biasa memanggil Lange dengan sebutan “ Tuan “. Sebutan “ Tuan “ memang lazim diberikan orang Bali kepada orang asing yang menetap di Bali. Hingga kini, sebutan Tuan Lange masih terdengar di kalangan masyarakat Kuta.

Kini, Makam Lange selalu dirawat oleh pasangan suami istri Ni Made Widiani dan I Wayan Wana. Tak jauh dari makam, juga ada kios yang menjual benda – benda souvenir khas Mads Lange yang pengelolaannya dipercaya oleh Widiani. Pemilik kios merupakan warga asli Denmark yang tinggal di Ubud. Souvenir yang dijual seperti; Buku Mads Lange seharga 35 Amerika Dollar, T-Shirt 15 Amerika Dollar, dan Post Card Rp 5.000.

Widiani dan sang suami juga yang telah membuat tembok “ Penyengker “ ber-still Bali yang mengelilingi makam tersebut, tahun 1988 silam. Dananya diberikan dari seorang warga dari Denmark yang mengaku memiliki Foundation ( Yayasan ) untuk perawatan makam Lange. [BTcom]


TAGS :

Related Articles

- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng

- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi

- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali

- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan

- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau

Komentar