Keindahan dan Vibrasi Spiritual di Puncak Pura Lempuyang
- 10 Februari 2016
- Leisure
- Karangasem
Karangasem, Baliterkini.com - Pura Lempuyang Luhur terletak di Puncak Bibis atau Gunung Lempuyang di Karangasem. Pura Lempuyang memiliki peran atau status yang sangat besar seperti halnya Pura Besakih. Selain sebagai pendakian spiritual, Pura Lempuyang memberi sudut keindahan untuk menerawang pesona alam Bali dari puncak paling timur wilayah Bali.
Pura Lempuyang Luhur diduga pura yang paling tua di Bali, bahkan diperkirakan sudah ada pada zaman pra-Hindu- Budha yang semula bangunannya terbuat dari batu. Menurut penuturan Jero Mangku Gede Wangi (50), Pura Lempuyang stana Hyang Gni Jaya atau Dewa Iswara. “ Orang Bali apapun wangsanya tidak boleh melupakan pura ini, paling tidak sekali waktu menyempatkan diri tangkil sembahyang ke pura ini, pura ini memiliki kekuatan Pancadatu,“ ujarnya ketika ditemui pada rahina Ciwaratri belum lama ini.
Jero Mangku Gede Wangi menyampaikan, di Pura Lempuyang Luhur terdapat Tirta Pingit di pohon bambu yang tumbuh subur di areal pura. Terkadang air yang bersumber dari batang bambu ini digunakan oleh umat Hindu sebagai Tirta dalam persembahyangan. Namun tidak semua bambu bisa menghasilkan air sebagai Tirta Suci. “ Pohon bambu ini sangat pingit (angker), sebelum dipotong kami ngaturang panguning. Siapa pun tak boleh berbuat buruk atau campah di pura agar tidak kena mara bahaya , “ imbuhnya.
Di sekitar bambu dipertegas lagi dengan tulisan yang menghimbau para umatnya agar tidak sembarangan kepada tanaman bambu yang tumbuh menyerumpun di sekitar pura. Himbauan dalam bahasa Bali ini berbunyi “ Atur Piuning, Majeng Ring Para Pemedek Sami Nenten Dados Ngusak Asik Pelinggih Tirta Pingit (Bambu) Mangda Nenten Ketiben Baya “.
Pura Lempuyang Luhur memiliki arti berbagai versi, dalam buku terbitan Dinas Kebudayaan Bali (1998) berjudul ''Lempuyang Luhur'' disebutkan, lempuyang berasal dari kata ''lampu'' artinya sinar dan ''hyang'' untuk menyebut Tuhan, seperti Hyang Widhi. Dari kata itu lempuyang atau lampuyang diartikan sinar suci Tuhan yang terang-benderang (mencorong/menyorot).
Pura Lempuyang Luhur banyak didatangi oleh Umat Hindu dari Bali mapun luar Bali. Bahkan dari penuturan Jero Mangku Gede Wangi, pengalamannya selama menjadi Pemangku dari tahun 1987 mulai didatangi wisatawan asing sejak 10 tahun lalu. Mereka lebih penasaran dengan keberadan Pura luhur Lempuyang dan melihat pemandangan alam sekitar pura.
Keunggulan lainnya berupa pemandangan Gunung Agung yang eksotis nampak begitu dekat dan jelas. Lereng Gunung Agung disekelilingnya masih terlihat hijau dengan pemandangan pemukiman penduduk serta lautan yang luas dari puncak Pura Lempuyang Luhur. Sehingga banyak wisatawan bahkan Pemedek merasa terkagum jika sudah berada di puncak pura ini, usaha perjalanan terbayar melalui keindahan yang disuguhkan.
Salah seorang pemedek yang sempat melakukan Tirta Yatra bersama keluarga asal Jembrana mengatakan Puncak Lempuyang Luhur memiliki kesan alami dan tenang, “ Suasana disini sangat alami, persembahyangan seolah menyatu dengan alam apalagi ketika awan putih berhembus menyapu sekujur tubuh, udaranya dingin sekali walaupun masih siang, “ ujar Indra Yustanti.
Pura Lempuyang Luhur termasuk Pura Sad Kahyangan atau Sad Kahyangan Jagad, merupakan enam pura utama menurut kepercayaan masyarakat Bali. Selain puncak Pura Luhur Lempuyang, di lokasi Bukit Bisbis ini juga terdapat Pura lain. Sejumlah Pura masih memiliki rangkaian di satu kawasan Pura Lempuyang. Dirunut dari bawah, ada Pura Pesimpenan, Pura Penataran Agung, Pura Pesucian Telaga Mas, Pura Telaga Sawang, Pura Lempuyang Madya, Pura Puncak Bisbis, Pura Pasar Agung, dan paling puncak Pura Lempuyang Luhur. Pujawali di Pura Lempuyang Luhur jatuh setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Wraspati Umanis Dunggulan.
Areal parkir disekitar Pura ini dibagi kedalam tiga areal yakni parkir Sulinggih, parkir atas, dan parkir utama. Lama waktu tempuh perjalanan menuju Puncak Pura Lempuyang Luhur rata- rata dua jam perjalanan kaki dengan menyusuri terus tangga naik yang berketinggian 1.175 diatas permukaan laut.
Sesungguhnya ada empat jalur atau rute untuk mencapai Pura Lempuyang Luhur.Berdasarkan buku yang disusun Dinas Kebudayaan Bali (1998), bisa lewat Desa Purwayu. Dari rute ini bisa melewati Pura Penyimpenan, Penataran Agung, Telaga Mas, Pasar Agung barulah ke Lempuyang Luhur. Pura Lempuyang Luhur dijangkau dari Denpasar berjarak 141 kilometer.
Jero Mangku menambahkan, masyarakat dan umat yang naik ke Gunung Lempuyang diharapkan tak berbuat buruk, seperti mengambil tanaman, melakukan corat-coret di jalan atau di pura. ''Sampah terutama sampah plastik hendaknya dibawa atau dibuang di tong sampah yang tersedia, “ ujarnya.Berbakti kepada Tuhan bukan cuma lewat sembahyang, tetapi juga dengan jalan karma marga berlandaskan pada hukum karma. Pesan itu pula yang tersirat di sejumlah titik perjalanan menuju puncak luhur Lempuyang. [BT]
Related Articles
- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng
- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi
- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali
- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan
- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau