Buku Resep Kuliner Warisan Leluhur Bali
Denpasar, Baliterkini.com - Bertempat di Warung Tresni Denpasar, Senin (11/5/2015), buku “Resep Kuliner Warisan Leluhur Bali” Ketut Gogonk Pramana diluncurkan.
Buku “Resep Kuliner Warisan Leluhur Bali” ini merupakan kolaborasi antara juru masak makanan Bali Ketut ‘Gogonk’ Pramana, jurnalis Putu Setiawan, dan sutradara film Erick EST. Ketiganya bekerjasama selama kurang lebih 3 bulan terakhir ini, dalam menyusun buku dokumentasi kuliner khas Bali ini.
“Keinginan untuk menyusun buku ini sudah lama ada di benak saya. Tahun ini (2015) akhirnya saya putuskan buku ini harus jadi. Penyusunan buku ini sebenarnya berlatar belakang dari kelemahan kita sendiri. Harus diakui, kita di Bali tidak cukup ‘aware’ dengan sekian banyak khasanah kebudayaan kita. Kelemahan kita itu ada di dokumentasi. Kita sering membuat sesuatu tanpa dokumentasi. Jika terjadi klaim mengklaim, maka kita seringkali berada dalam posisi kalah,”jelas Gogonk.
“Sebagai penekun kuliner Bali, saya memang senang memasak masakan Bali. Belakangan ini banyak sekali menu yang dimasak para tetua kita, yakni di daerah di Mengwi dan Singaraja dimana keluarga besar saya berasal, tidak dimasak lagi sekarang. Ini karena pengetahuan memasak menu warisan leluhur itu sudah tidak banyak yang tahu, disamping bahan yang semakin susah dicari, karena bahannya banyak ada di alam liar, di pasar tidak ada yang jual. Itulah yang menjadi latar belakang saya untuk menyusun buku resep ini,” imbuhnya.
Buku ini jelas Gogonk, pertama bertujuan untuk pendokumentasian seni memasak. Ia berharap suatu hari ada anak muda yang akan menggali lagi resep warisan milik para leluhur Bali ini, untuk dipopulerkan kembali.
Masakan tradisional Bali, kata Gogonk, bisa diklasifikasi menjadi 3 bagian yakni masakan harian, pesta, dan upacara. Isi buku ini hampir semuanya merupakan masakan yang sifatnya untuk harian.
"Menu masakan Bali sendiri dipengaruhi oleh budaya agraris, sehingga bahan-bahannya itu tak jauh dari sawah, sungai, dan danau. Dalam buku ini, jenis masakan saya klasifikasikan menjadi masakan sambal, sayur dan daging. Sambal bagi kita di Bali menjadi suatu hal yang penting dalam kehiduoan sehari-hari. Dulu, daging tidak begitu penting. Kalau sudah ada sambal artinya kita sudah sudah makan, meski tanpa daging,"ujarnya.
Sebagian jenis masakan di buku ini tidak lazim, bahannya juga tidak lazim dan sebagian sudah langka seperti ancruk (ulat sagu), capung, dan sebagainya.
"Jika kita mau menikmati masakan berbahan ancruk, setidaknya ada satu pohon sagu yang kita tebang. Kemudian ada capung, blauk, bluwang, dan sebagainya. Tujuan akhir dari penyusunan buku ini adalah untuk memenuhi obsesi saya yang sebenarnya, yakni semua wisatawan yang datang ke Bali mau mencicipi masakan tradisional Bali,"ujarnya.
Dalam pandangan Gogonk, Bali sudah berkecimpung di dunia pariwisata sejak tahun 1920 an. Namun yang didapat dari dunia seni memasak hampir tidak ada.
"Seni memasak yang dipertontonkan sedikit ektrem, makanya menjadi tidak penting bagi wisatawan. Padahal pertimbangan orang saat bepergian adalah untuk menikmati masakan lokal. Harapan saya kedepan, anak-anak muda Bali mau kembali memasak masakan tradisional, sehingga Bali memiliki ikon masakan sendiri, seperti sushi di Jepang atau nacho di Meksiko. Ikon masakan Bali ini penting. Wisatawan yang datang ke Bali harus makan masakan khas Bali, karena itu merupakan pertimbangan mereka saat pergi berwisata,” pungkas Ketut ‘Gogong’ Pramana.
Buku “Resep Kuliner Warisan Leluhur Bali”ini selanjutnya akan didistribusikan di beberapa toko buku seperti Gramedia dan Togamas. Buku juga bisa dibeli di Warung Tresni Denpasar. [ BT ]
Related Articles
- Kuliner Laut yang Memikat di Restoran Ta Chalkina Yunani
- Menghindari Sial, 7 Makanan yang Harus Dihindari Saat Perayaan Imlek
- Durian lovers, rejoice! Jembrana offers the best of the “King of Fruits”
- Pantai Yeh Leh: Memburu Rumput Laut Sebagai Pangan Sederhana
- Babi Guling, completely non halal in Bali