Pas ke Sangeh ? Coba Lawar Sapi Men Daging
Sangeh, Baliterkini.com - Ni Wayan Jelih, 60 tahun, atau akrab dipanggil Men Daging merupakan sosok koki handal dalam meracik olahan daging sapi di Sangeh, Badung. Berawal dari berjualan di sekitar rumah, berbagai menu racikannya mendapat tempat khusus di lidah peggemarnya. Kini rumah sebagai tempat tinggalnya itu digunakan sebagai rumah produksi serta tempat yang nyaman untuk bersantap.
Seluruh warga Sangeh tau dimana rumah Men Daging itu berada. Jalan utama satu arah yang menghubungkan Obyek Wisata Sangeh dapat dijadikan acuan sebelum akhirnya memasuki jalan kecil ke arah selatan. Rumah tinggalnya tak berbeda dengan rumah warga lainnya, terdapat pintu angkul – angkul di bagian depan. Yang kelihatan mencolok, di depan rumahnya nampak banyak jenis kendaraan berjubel menandakan ramainya jumlah kunjungan pagi itu.
Di dalam pekarangan inilah, berbagai olahan daging sapi dikemas dengan rempah – rempah khusus tanpa bahan pengawet buatan. Begitu pula nasi yang dimasak, cara tradisional menggunakan kayu bakar masih ia lakukan sampai sekarang.
“ Salah satu keunggulan kami yang mempengaruhi kwalitas masakan ibu adalah masih menggunakan cara tradisional dan bumbu Bali alami, “ jelas I Nyoman Suartama, putra ketiga Men Daging didampingi ayahnya Ketut Lemo, 70 tahun, Minggu (01/03/2015).
Dirinya mengungkapkan setiap hari Men Daging, perempuan berkaca mata ini selalu sibuk meladeni pembeli. Sesekali waktu aktifitas memasak pun dilakukannya dihadapan sejumlah calon pembeli yang turut antri menanti pesanan. Di dapurnya itu seolah menjadi dapur umum yang digunakan sebagai warung rumahan.
Didukung suasana pekarangan yang asri menambah sensasi ibarat menjadi tamu bertandang ke rumah tangga Men Daging. Suasana pedesaan bersinergi sangat baik dengan alam sekitar antara perkampungan dan tegalan. Suara ayam dan kicau burung di alam bebas kerap mengiringi suasana saat bersantap.
Di rumah seluas 12 are inilah, pengunjung bebas mau memilih tempat makan seperti apa. Mau duduk dengan kursi atau lesehan. Di beberapa teras rumah desediakan pula tikar serta beberapa meja makan ukuran kecil.
Melengkapi suasana nyaman lainnya, di sekeliling halaman rumah yang ditumbuhi rumput pun kadang digunakan tempat santai oleh sejumlah pelanggan. Tak ada bising walau rumah ini saling berhimpitan antar tetangga lainnya.
Di sini, makanan yang telah dipesan akan dibawa langsung oleh pelayan yang juga merupakan bagian keluarga dari Men Daging. Di pekarangan yang dihuni 3 kepala keluarga ini setiap harinya didatangi pengunjung . Mereka datang dari berbagai golongan dan tempat asal, bahkan pernah didatangi mantan Kapolres Badung serta pernah beberapa anggota dewan Badung seperti yang dikisahkan kembali oleh putra ketiga Men Daging.
“ Waktu bapak Kapolres ( AKBP Komang Suartana ) datang suasana sekitar rumah agak berbeda, intel berjaga di sekitaran rumah, pengunjung pun ada yang segan. Kami biasa saja meladeni semua orang, “ ujar I Nyoman Suartama.
Soal harga, lawar sapi Men Daging cukup terjangkau bagi kantong warga biasa. Satu porsi yang mencangkup bagian nasi, lawar, dan kuah, hanya Rp 20 ribu, ini sudah termasuk sebotol air mineral ukuran tanggung. Pihaknya juga menerima pesanan untuk dibawa pulang selain berbaur oleh pengunjung lainnya yang kebetulan menikmati suguhan spesial ini.
Baik itu warga sekitar dan pengunjung lainnya, di rumah pekarangan ini canda tawa riang acapkali mewarnai suasana yang diselingi obrolan santai antar sesama pengunjung, terajut menjadi satu dalam satu lingkup rumah selayaknya bertamu di kerabat sendiri, di Banjar Muluk, Sangeh, Badung, Bali. [BT]
Related Articles
- Kuliner Laut yang Memikat di Restoran Ta Chalkina Yunani
- Menghindari Sial, 7 Makanan yang Harus Dihindari Saat Perayaan Imlek
- Durian lovers, rejoice! Jembrana offers the best of the “King of Fruits”
- Pantai Yeh Leh: Memburu Rumput Laut Sebagai Pangan Sederhana
- Babi Guling, completely non halal in Bali