Lestarikan Kuliner Bali, Laklak pun Dijual di Pinggir Jalan

posbali.id
Denpasar, BaliTerkini.com - Jaje laklak, barangkali sudah begitu populer untuk masyarakat Bali. Sayang, jajanan khas peneman kopi ini, tidak mudah untuk mendapatkannya, karena jaje laklak hanya ditemukan di pasar tradisional, atau di pelosok desa.
 
Namun seiring dengan tumbuhnya kreativitas dan jiwa kewirausahaan warga Bali, jaje laklak sekarang ini bisa ditemukan di pinggir-pinggir jalan, seperti di Jalan Ahmad Yani Utara, Denpasar. Dengan kedai yang dibuat dengan model kekinian, jaje laklak bisa diperoleh setiap hari. Dengan begitu, tak hanya sebagai peneman kopi di pagi hari, laklak juga bisa diperoleh siang, bahkan malam hingga jam delapan.
 
Adalah I Gede Yota, pemilik usaha Laklak Bali tersebut. Namanya kedainya pun Laklak Bali Rama, dan yang di Ahmad Yani Utara, Denpasar ini, merupakan cabangnya yang ke-lima. Empat cabang lainnya berada di Jalan Raya Tanah Lot, Jalan Raya Padang Luwih, dan Jalan Tangkuban Perahu, dengan berpusat di Jalan Panji No. 47 Kwanji Dalung Kuta Utara. Usahanya ini belum genap satu tahun, atau sekitar 10 bulan jalan.
 
Pantauan POS BALI di salah satu cabang Laklak Bali Rama di Jalan Yani Utara, Denpasar terlihat ramai pembeli. Penggemarnya tampak antre. Jaje laklak pun tak sempat diam lama. Begitu matang langsung dikemas dan diberikan kepada pemesannya.
 
Kendati dikemas modern, cara membuatnya tampak masih sangat tradisional dengan menggunakan kayu bakar. Tempat penglaklakan dibersihkan menggunakan sabut kelapa yang sudah kering. Dan memasak laklak dilakukan di luar sehingga pelanggannya bisa mengetahui bagaimana laklak dimasak sambil menikmati aroma laklak yang khas.
 
Menurut pria asal Singaraja itu, penikmat laklak Bali, tidak hanya orang Bali, seperti di Jalan Raya Tanah Lot, wisatawan asing juga banyak yang menyukai kuliner jaje Bali yang satu ini. “Selain menjual jaje Bali laklak, saya juga menjual jajan Bali lainnya seperti lupis, pisang rai, olenolen, jajan kaca mata, sumping waluh,” ujarnyta, Selasa (30/5).
 
Yota juga menjelaskan, untuk ke lima kedai laklaknya itu, dalam satu hari bisa menghabiskan sekitar 150-200kg bahan adonan untuk membuat laklak. Ada beberapa hal yang membuat rasa Laklak menjadi istimewa dan enak, salah satunya adalah tepung yang digunakan.
 
Untuk membuat Laklak yang enak diperlukan tepung beras yang fresh. Ia pun membeli beras dengan kualitas yang paling super, lalu untuk warna laklak ia memakai daun suji dan gulanya memakai gula aren. Laklak dibuat langsung dengan menggunakan tungku tradisional dari batu bata dengan bahan bakar menggunakan kayu kopi, dan cetakan penglaklakan menggunakan cetakan yang berbahan dari tanah liat.
 
 ‘’ Ini memengaruhi cita rasa Laklak dan aromanya. Setelah laklak matang di atasnya ditaburi parutan kelapa dan gula aren yang sudah direbus dengan sedikit air,’’ katanya seraya menambahkan, satu bungkus (porsi) laklak dijual Rp5.000 berisi lima biji laklak.‘’Semua bahan yang saya gunakan sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet semua menggunakan bahan alami, jika bahan yang kami gunakan isi bahan pengawet saya akan berikan garansi pembeli dan mengembalikan uangnya,” ujarnya.
 
Hal yang membuat Yota menjual makanan khas jajan Bali ini karena ingin melestarikan budaya Bali, dalam hal ini kuliner Bali. Selain itu dengan adanya pasar MEA supaya tidak kalah dalam bersaing maka dari itu ia menjaga kualitas bahan dan rasa agar pelanggan juga tidak merasa kecewa dengan rasa. 
 
 “Omzet yang saya dapat satu hari dari ke lima toko bisa mencapai Rp10-20juta dalam sehari. Setiap toko memiliki omzet yang berbeda dan dalam seharinya pun terkadang tidak tentu,” ujarnya. [posbali.id]

TAGS :

Related Articles

- Kuliner Laut yang Memikat di Restoran Ta Chalkina Yunani

- Menghindari Sial, 7 Makanan yang Harus Dihindari Saat Perayaan Imlek

- Durian lovers, rejoice! Jembrana offers the best of the “King of Fruits”

- Pantai Yeh Leh: Memburu Rumput Laut Sebagai Pangan Sederhana

- Babi Guling, completely non halal in Bali

Komentar