Kerobokan, Baliterkini.com - Bambu yang melengkung adalah gambaran yang banyak dilihat di pinggir Jalan Raya Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali. Penjor dengan berbagai hiasannya siap untuk dikirim ke alamat tujuan sebelum menjelang Hari Raya Galungan.
Penjor-penjor yang ada di kawasan ini didominasi oleh pesanan yang berasal dari pelanggan. Mereka umumnya bekerja sampai 4 orang, mengerjakan perangkat penjor di masing-masing tempat mereka berjualan yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Di sepanjang jalan Banjar Campuan, Kerobokan terdapat sentra perajin penjor yang tiap datangnya Hari Raya Galungan selalu ramai pesanan. Setidaknya terdapat 6 lokasi perajin penjor. Bahkan diantara mereka masih memiliki hubungan keluarga yang bersama-sama memenuhi kebutuhan umat Hindu menjelang tiap datangnya Hari Raya Galungan.
Salah seorang perajin, I Nyoman Dangin, 35 tahun, mengaku sudah mulai menerima pesanan penjor sejak sebulan sebelum Hari Raya Galungan. Pesananan kebanyakan datang dari pemilik villa bahkan bule yang turut menyemarakkan hari raya.
" Kebanyakan pesanan kami antar ke villa di Seminyak, Petitenget dan masyarakat sekitar Kerobokan ", ujarnya.
Untuk satu perangkat penjor, dia menjualnya mulai dari harga 500 sampai 3 juta sudah termasuk jasa pengiriman ke tempat tujuan. Bahan dan variasi hiasan penjor menentukan perbedaan serta harga jual.
Penjor yang dia jual merupakan penjor yang menggunakan daun enau atau lontar. Diakuinya, daun lontar lebih awet jika dibandingkan menggunakan janur.
Selain itu, penjor yang dibuatnya tidak lepas dari fungsi dan maknanya. Penjor Galungan dianggapnya penjor sakral dan wajib dipasang tanpa mengabaikan unsur-unsur seperti pala wija dan pala gantung.
" Wajib hukumnya membuat penjor menyertakan hasil bumi dan alam sebagai bentuk rasa bakti dan karunia Tuhan, tidak sekedar hiasan saja, " kata Dangin, yang mulai menekuni membuat penjor sejak tahun 2000.
Penjor yang secara utuh dia jual sudah termasuk Sanggah dan Sampian. Atau bisa juga menghilangkan beberapa bagian seperti Pala Bungkah atau Pala Gantung. Semua bisa ditentukan berdasarkan pesanan yang ia terima.
Pengalamannya berjualan, selama ini kesulitan yang ia rasakan hanya di bahan bambu. Dia menilai, bambu yang baik adalah bambu yang besar dan tua sehingga terlihat kokoh. Bambu muda justru lebih mudah didapatkan karena diakuinya bambu muda lebih cepat mendatangkan uang oleh si penjualnya.
Sementara, daun lontar atau enau sendiri diakuinya datang dari Pulau Sumatera dan bahkan justru agak sulit mendapatkan lontar asli Bali.
Puncak pesanan, dia rasakan tiga hari sebelum Hari Raya Galungan. Dia bersama rekannya mengerjakan sampai 10 penjor pesanan. Untuk itu dia menyiasatinya dengan mengawali kerja dari pukul 6 pagi sampai 12 malam, sehingga semua pesanan bisa terpenuhi sesuai target dan tepat waktu. [BT]
Related Articles
- Elon Musk Perkenalkan Robot Optimus di Acara “We, Robot”
- [BERITA FOTO] SpaceX Sukses Tangkap Roket Starship dengan “Capit Raksasa”
- Grateful in Bali: Shop Owner’s Heartfelt Response to Viral Tourist Video
- Kemandirian Digital: Wawancara dengan Wayan Ariasa, CEO Suara Tabanan
- Nyoman Nuarta Ungkap Makna Dasar Desain Istana Garuda IKN