Badung, Baliterkini.com - Umumnya gambelan rindik berderet kesamping, satu gambelan bisa dimainkan oleh seorang atau lebih, berbeda halnya dengan salah satu seniman asal Darmasaba, Badung, Bali, Gusti Rai, 47 tahun. Berkat kreatifitasnya, ia berhasil menciptakan dan memainkan Rindik Bertingkat atau Rindik Piano.
“ Ide Rindik Bertingkat itu muncul dari jawaban pertanyaan, bagaimana saya memainkan gambelan rindik sendirian tapi suara ramai seperti orang bermain berdua, saling berkaitan, istilah balinya "Mesangsihan" “, ujarnya.
Kedengaran rumit tapi tidak demikan adanya, konsepnya hanya dibutuhkan tiga panggul atau alat pemukul. Dimana dua panggul ditangan kanan, sedangkan satu lagi di sebelah kiri yang betugas mengembangkan nada – nada saat memukul bambu. Cara ini disebutnya dengan istilah “Mekotek” atau “Mesangsihan”. Menurutnya, adapun pukulannya seperti 1,2,3,4, akan tetapi pukulan 2 jarang sekali digunakan karena chord yang ditimbulkan kurang manis didengar.
Umumnya gambelan rindik yang telah ada, kebanyakan memiliki unit bambu yang berderet kesamping. Dalam setiap unitnya bisa terdiri dari 11 hingga 14 deret yang memiliki nada dua oktaf. Tetapi Gambelan "Rindik Piano" disamping bambu bederet ke samping dalam hal ini terdiri dari 2 oktaf pula, juga disusun naik atau bertingkat tiga, begitu juga dengan Rindik Bertingkat Dua, disamping bambu berderet ke samping juga disusun naik bertingkat dua.
“ Yang Unik dalam gambelan rindik adalah syaratnya. Syaratnya adalah pemain harus bisa menggunakan kedua otaknya, otak kiri dan kanan. Makanya sebelum bisa menabuh rindik harus aktifkan dulu otak kanan, yang rata – rata orang kebanyakan belum dibangunkan, “ terangnya.
Hak Cipta
Indahnya tinggi rendah nada yang dilantunkan oleh gerak jari Gusti Rai tak hanya didengar di lingkungannya saja, malainkan sudah pernah tampil dalam berbagai ajang kebudayaan. Mulai dari pesta perkawinan sampai ajang pentas seni dan budaya di Bali. Terakhir, nada rindik bertingkat olah kretifitasnya juga tururt serta tampil dalam Festival Uma Wali, Subak Ganggangan di Penebel, Tabanan, sekitar dua pekan lalu.
Bagi Gusti Rai, berkarya merupakan bagian dari proses ulat menjadi kepompong, yang selalu merasa rendah diri.
“ Sejujurnya target saya bukan pentas, tapi berkarya atau mencipta, membuat sesuatu yang baru yang akan menjadi catatan sejarah, “ tuturnya.
Langkah nyata atas kepedulian terhadap karya anak bangsa, salah satu upaya yang dilakukannya adalah menghargai karya ciptanya. Melalui kesadaran, ia telah mendaftarkan ciptaannya ke Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Selanjutnya, tanpa melului proses ribet dan bertele – tele, nomor register: C20.2013.0009 ia terima untuk Rindik Piano, dan nomor register: C20.2013.0010 untuk Rindik bertingkat.
Keberadan Rindik Bertingkat rupanya mendapat tempat dimasyarakat, hal ini dibuktikan dari tiap kali pentas.
“ Di setiap pementasan selalu menjadi pusat perhatian, baik penonton lokal maupun manca negara yang kebetulan melihat, apalagi saat saya kolaborasi dengan penabuh cilik anak saya, “ ungkapnya.
Selain itu, akunya lagi, tanggapan positif banyak datang dari putra terbaik bali yang berkiprah di seni di mancanegara, seperti, Made Agus Wardana di Brussel, Ketut Raditha di Jepang, Adi Sutawan di Jepang, Made Lesmawan di Collorado, serta musisi Bali kelas dunia, Wayan Balawan. [BT]
Related Articles
- Elon Musk Perkenalkan Robot Optimus di Acara “We, Robot”
- [BERITA FOTO] SpaceX Sukses Tangkap Roket Starship dengan “Capit Raksasa”
- Grateful in Bali: Shop Owner’s Heartfelt Response to Viral Tourist Video
- Kemandirian Digital: Wawancara dengan Wayan Ariasa, CEO Suara Tabanan
- Nyoman Nuarta Ungkap Makna Dasar Desain Istana Garuda IKN