Mengenal Moorissa Tjokro, Gadis WNI Insinyur Autopilot Tesla

Salah satu tugas Moorissa Tjokro adalah menguji kinerja mobil Tesla beserta perangkat lunaknya.(DOK MOORISSA TJOKRO via VOA INDONESIA)

Jakarta, NetizenBali.com - Moorissa Tjokro menjadi satunya-satunya perempuan WNI di tim perangkat lunak Autopilot Tesla Inc. 

Gadis 26 tahun ini satu dari enam perempuan yang menempati posisi Autopilot Software Engineer di perusahaan mobil listrik yang berbasis di San Fransisco, California, AS. 

Moorissa mengakui profesi yang ditekuninya jarang diminati wanita. Belum lama ini dia dipercaya ikut menggarap fitur swakemudi atau Full-Self-Driving untuk mobil listrik Tesla. 

“Sebagai Autopilot Software Engineer, bagian-bagian yang kita lakukan, mencakup computer vision, seperti gimana sih mobil itu (melihat) dan mendeteksi lingkungan di sekitar kita," katanya seperti dikutip dari VOA Indonesia hari ini, Minggu, 20 Desember 2020.

Moorissa mencontohkan deteksi yang dimaksud seperti ada bndara apa di depan mobil, apakah ada temat sampah di sebelah kanannya, termasuk control and behavior planning dan maneuver in a certain way. 

Bekerja di Tesla sejak Desember 2018, sebelum dia dipercaya menjadi Autopilot Software Engineer. Tepatnya Moorissa didapuk oleh Tesla sebagai seorang Data Scientist yang juga menangani perangkat lunak mobil. 

WNI kelahiran 1994 ini bertugas untuk mengevaluasi perangkat lunak autopilot serta menguji kinerja mobil sekaligus mencari cara untuk meningkatkan kinerjanya. 

Fitur Full-Self-Driving pada mobil listrik Tesla adalah salah satu proyek terbesar Tesla yang ikut digarap oleh Moorissa. 

Full-Self-Driving adalah tingkat tertinggi dari sistem autopilot, yakni pengemudi tidak perlu lagi menginjak pedal rem dan gas. 

“Karena kita pengin mobilnya benar-benar kerja sendiri. Apalagi kalau di tikungan-tikungan. Bukan cuma di jalan tol, tapi juga di jalan-jalan yang biasa,” ucap pehobi melukis ini. 

Tim insinyur autopilot Tesla harus banting tulang. Mereka bekerja 60-70 jam dalam seminggu. 

Banyak hasil pekerjaan Moorissa yang khusus dilaporkan kepada CEO Elon Musk. 

“Sering ketemu di kantor." 

Tahun 2011, saat berusia 16 tahun, Moorissa mendapat beasiswa Wilson and Shannon Technology untuk kuliah di Seattle Central College, AS. Pada waktu itu ia tidak bisa langsung kuliah di institusi besar atau universitas di Amerika, yang memiliki persyaratan umur minimal 18 tahun. 

Tahun 2012, Moorissa yang telah memegang gelar Associate Degree atau D3 di bidang sains, lalu melanjutkan kuliah S1 jurusan Teknik Industri dan Statistik di Georgia Institute of Technology di Atlanta. 

Dia pernah meraih antara lain President’s Undergraduate Research Award dan nominasi Helen Grenga untuk insinyur perempuan terbaik di Georgia Tech. Bahkan, Moorissa menjadi salah satu lulusan termuda di kampus, dalam usia 19 tahun, dengan predikat Summa Cum Laude. 

Moorissa Tjokro (kedua dari kanan) dan keluarga di acara kelulusan di Columbia University.(DOK MOORISSA TJOKRO via VOA INDONESIA)

Setelah lulus S1 dan bekerja selama dua tahun di perusahaan pemasaran dan periklanan, MarkeTeam, di Atlanta, pada 2016 Moorissa melanjutkan studi S2 Jurusan Data Science di Columbia University, New York.

Ia pun meraih juara 1 Columbia Annual Data Science Hackathon dan juara 1 Columbia Impact Hackathon.

Kecintaan Moorissa akan bidang matematika dan aljabar sejak dulu telah mendorongnya untuk terjun lebih dalam ke dunia STEM (Sains, Teknologi, Teknik/Engineering, Matematika). 

Bidang STEM sangat jarang ditekuni oleh perempuan. 

Berdasarkan data dari National Science Foundation AS, jumlah perempuan yang memiliki gelar sarjana di bidang teknik dalam 20 tahun terakhir telah meningkat. namun jumlahnya masih tetap di bawah laki-laki. 

Moorissa tetap optimistis dengan adanya berbagai organisasi yang meningkatkan pemberdayaan perempuan di bidang STEM, seperti Society of Women Engineers. 


“Ini sangatlah penting untuk generasi kita di masa depan,” kata Moorissa. 

*) Sumber: www.tempo.co


TAGS :

Related Articles

- Kinembulan, Solusi Efisien Umat Hindu di Bali

- PMI Jembrana Capai Puncak Lautan Atlantik dengan North Star

- Story: Tourists Enjoy Balinese Culture at Besakih Temple

- Noel Robinson, Seleb TikTok yang Nge-Dance di Bali

- Ngurah Oka, Sosok Dibalik Mengudaranya Gema Merdeka yang 'Ngetrend'

Komentar