Es Tongtong Lik Ming
Pekutatan, Baliterkini.com - Bali menyimpan begitu banyak olahan makanan yang mengugah selera. Berbagai sentuhan kreasi dilakukan agar makanan tampil memikat tanpa meninggalkan rasa aslinya. Banyak jenis makanan yang kini mengalami berbagai inovasi dan dikemas secara menarik.
Bukan saja penyajian, dari prosesnya pun bisa dilakukan secara cepat guna memenuhi kebutuhan pembeli. Salah satu olahan masa lalu yang mengalami proses eksistensi cukup lama terjadi pada Es Puter atau Es Tong Tong. Di panggil Es Tong Tong karena dulu merujuk dari sebuah instrumen gambelan yang diketuk oleh penjual. Lewat ketukan ini, anak – anak hafal dan bergegas keluar rumah untuk mendekat.
Es Tong Tong milik Suyatno, dulunya diolah secara tradisional dilakukan dengan tehnik memutar menggunakan wadah besar. Kini, Es Tong Tong handalannya dapat diproses secara cepat dengan peralatan yang lebih maju. Kendati telah mengalami perubahan proses pembuatan, Es Tong Tong handalannya tetap digemari sebagai menu favourit oleh semua kalangan, mulai anak – anak hingga dewasa, terutama mereka yang bersekolah dan bekerja di pedesaan.
Pria asal Pulukan, Kabupaten Jembrana ini mulai menggeluti jualan Es Tong Tong sejak 1988. Ketika bujang, dia bersama gerobak dorong berkeliling dari desa ke desa mencari tempat anak- anak bersekolah. Es Tong Tong, ketika itu masih diolah secara tradisional dengan mengandalkan sebuah potongan es balok dan wadah besar sebagai media yang kini sudah ditinggalkan.
“ Di desa, mencari es balok sekarang susah. Itu salah satu alasan es puter sudah tidak di puter lagi melainkan diserut menggunakan alat, “ tutur Suyatno atau akrab dipanggil Lik Ming.
Kendati demikian, Es Tong Tong tetap bisa hadir dimata penggemarnya walau lewat proses lain. Dengan adanya lemari es, Es Tong Tong masih bisa eksis. Es Balok yang dulunya sebagai media pendingin diluar wadah besar, kini bisa disiasati dengan cara membekukan bahan dasar Es Tong Tong di dalam lemari es, kemudian dihaluskan lewat alat penghalus.
Es Tong Tong berbahan dasar Santan, Gula Pasir, Tepung Kanji, Garam dan Sedikit Pewarna Makanan. Semua bahan ini dicampur ke dalam air matang. Semua adonan dimasukan kedalam pembungkus plastik ukuran 1 kilogram. Kemasan ini memiliki warna sesuai selera yang berbeda berbeda dalam tiap bungkusnya. Setelah beku, semua kemasan dapat dihaluskan dengan cara diserut. Hasil serutan ini kemudian dimasukan ke dalam termos ukuran besar yang siap disajikan.
Lik Ming menambahkan, membuat Es Tong Tong dibutuhkan sebuah keahlian khusus agar tetap digemari. Bila membuat dalam jumlah banyak ada takaran – takaran yang butuh perhitungan matang.
“ Sekarang beda dengan dulu, kalau dulu membuat Es Tong Tong yang enak itu butuh waktu berjam – jam. Sekarang tinggal tambah banyak air santan, rasanya akan sama dengan es krim, ‘’ imbuhnya.
Olahan Es Tong Tong pas dinikmati ketika siang disaat dahaga. Untuk lebih nikmat, Es Tong Tong dapat disajikan dengan Kue Kojong, Roti, atau Gelas Plastik yang sudah terisi biji mutiara dan serpihan roti.
Tingginya penggemar, membuat langkah Suyatno semakin cepat dalam menjemput pembeli. Gerobak ditinggalkannya sejak 2001 beralih ke sepeda motor. Persaingan dan ritme kehidupan membuatnya tambah kreatif untuk mengemas daganganya lebih modern. Dengan menambah perangkat kayu yang disebut Angkring, Es Tong Tong dalam termos ditempatkan ditengah menjadi pembatas antara campuran es dengan cemilan lainnya.
Ketika hari raya, adalah berkah baginya. Saat – saat seperti ini, bisa dua termos dijualnya habis untuk dalam waktu sehari. Saban harinya Suyatno berjualan Es Tong Tong mulai pukul 9 pagi sampai sore. Ia menjangkau hampir seluruh desa di satu kecamatan. Mulai dari sekolah, tempat wisata, sekolah, dan keramaian. Dengan berkeliling, banyak teman dikenalnya serta berbagai pengalaman bisa diperoleh. Untuk menikmati segarnya Es Tong Tong Lik Ming cukup dengan membayar Rp 2.000 untuk semua jenis es beserta campurannya. [BT]
Related Articles
- Elon Musk Perkenalkan Robot Optimus di Acara “We, Robot”
- [BERITA FOTO] SpaceX Sukses Tangkap Roket Starship dengan “Capit Raksasa”
- Grateful in Bali: Shop Owner’s Heartfelt Response to Viral Tourist Video
- Kemandirian Digital: Wawancara dengan Wayan Ariasa, CEO Suara Tabanan
- Nyoman Nuarta Ungkap Makna Dasar Desain Istana Garuda IKN