Kisah Romeo dan Juliet di Teluk Terima
- 17 Februari 2014
- Badung
Singaraja, Baliterkini.com - Bila Kering Kawasan Ini Rawan Kebakaran “ tulisan peringatan ini akan terbaca begitu memasuki kawasan hutan lindung Taman Nasional Bali Barat. Namun di musim hujan, gambaran ancaman kebakaran hutan akan sirna, terhapus oleh rimbunnya pohon, serta hijaunya dedaunan yang menghiasi kawasan Sumber Klampok, Singaraja. Kesan alami dengan udara segar di areal hutan lindung dapat menambah suasana tenang sepanjang perjalanan menuju kawasan tempat dikuburnya pasangan Jaya Prana dan Layon Sari di Teluk Terima, Gerokak, Singaraja.
Selain dijadikan sebagai wilayah konservasi, hutan ini juga dikenal sebagai salah satu kawasan habitat asli burung Curik Bali ( Leucopsar Rothschildi ), monyet liar kerapkali nampak di sisi jalan raya yang menghubungkan Gilimanuk – Singaraja. Kawasan ini menyimpan aneka satwa yang dilindungi. Keindahan Pulau Menjangan yang berada di barat laut Pulau Bali juga jadi bagian dari ikon destinasi pariwisata bali barat.
Terlepas dari keindahan alam yang bisa dijadikan berbagi aktifitas wisata alam, ada legenda yang melekat di tengah rimbunnya hutan. Sebuah pemakanan sepasang kekasih Jaya Prana dan layon Sari. Hingga sekarang kisah ini diyakini oleh masayarakat luas sebagi salah satu bukti sejarah.
Cerita tersebut berkembang hingga sekarang. Dikisahkan, bahwa Jaya Prana yang merupakan anak sebatang kara telah dipelihara oleh Raja Buleleng yang bergelar Anak Agung. Setelah beberapa lama, ia mendapat izin untuk menikah dengan wanita pilihannya bernama Layon Sari. Rupanya, Layon Sari merupakan perempuan cantik, sampai membuat Sang Raja terpesona atas kecantikannya. Kemudian, munculah niat untuk merebut hati Layon Sari dari tangan Jaya Prana. Niat jahat pun muncul dari sebuah rencana keji untuk selanjutnya menghabisi nyawa dan melenyapkan Jaya Prana agar Sang Raja berhasil memperistri Layon Sari.
Dari segala tipu daya, Sang Raja mengutus Jaya Prana untuk ditugaskan menumpas perompak di pantai paling utara Pulau Bali. Sang Raja juga memerintahkan secara rahasia kepada perdana menterinya agar setibanya di daerah yang bernama Teluk Terima, Jaya Prana supaya dibunuh.
Layon Sari pun mengetahui bahwa Jaya Prana telah tiada. Saking cintanya terhadap Jaya Prana, Layon Sari akhirnya menyusul kematian pujaannya dengan cara bunuh diri sebagai bukti kesetiannya terhadap Jaya Prana.
Keduanya, akhirnya dikuburkan di sebuah hutan yang bernama Teluk Terima. Sampai sekarang tempat tersebut dijadikan tempat persembahyangan oleh umat hindu maupun umat lainnya. Bangunan pura pun sekarang kokoh berdiri menambah suasana religius bagi setiap pengunjung yang datang.
Akibat adanya cerita rakyat inilah, sebagian besar yakin atas kisah dibalik kuburan ini. Hampir setiap hari, para pengunjung datang untuk bersembahnyang secara silih berganti.“ Banyak sudah yang datang kesini, bukan dari umat Hindu saja, turis asing pun boleh masuk bersama pemandu, tapi harus memakai Senteng ( Ikat Pinggang ) “, kata Komang Rika, selaku petugas pengayah yang sehari- harinya membantu Pemangku.
Komang Rika, tidak tau banyak soal kisah dibalik kuburan ini. Ia hanya tau tentang tempat dikuburkan seorang pasangan setia dari cerita yang sudah berkembang. Tapi, dia myakini setiap pemangku mengetahui tentang kisah dibalik pura yang dibangun di dataran tinggi ini. Pemandangan berupa laut akan nampak jelas apabila sudah berada di areal pura.
Kawasan ini juga dihuni oleh monyet yang hidupnya liar. Mereka sangat bersahabat namun jahil terhadap pengunjung yang membawa barang bawaaan terutama makanan atau sesaji untuk upacara. Pengunjung, agar memperhatikan setiap barang bawaan, karena kerap kali monyet tiba- tiba bisa saja menghampiri bahkan bergerombol untuk meminta makanan.
Sementara, salah seorang pemandu lokal yang kerap mengajak wisatawan asing datang ke makam Jaya Prana mengakui jika kebanyakan wisatawan yang datang merupakan wisatawan yang diluar program utama berkunjung. Mereka tertarik datang karena sepintas melihat keramaian di sisi jalan.“ Makam Jaya Prana selama ini dijadikan sebagai wisata alternatif. Saya jarang membawa tamu yang khusus memang tujuan kesini, kecuali sudah memang di program sejak awal. Tempat ini bagus dijadikan sebagai destinasi tentang sejarah makam versi Romeo dan Juliet, “ jelas Putu Widiana, seorang pemandu lokal yang menangani aktifitas pariwisata berbasis CAN ( Culture, Agriculture, Nature) di kawasan Sumber Klampok.
Kawasan ini bebas dari sarana akomodasi, yang nampak hanya warung kecil menjual makanan dan minuman ringan. Sarana parkir berada di seberang jalan yang berdekatan dengan hutan bakau dengan akarnya yang kokoh sebagai penghalau ombak pasang.
Makam Jaya Prana mudah dijangkau, apabila datang dari pelabuhan Gilimanuk cukup menempuh perjalanan sekitar 15 menit atau berjarak 15 kilometer dari pertigaan Cekik. Di Cekik ada banyak sarana transportasi yang bisa mengantarkan ke tempat ini.
Sepanjang perjalanan, selain disuguhi hutan juga bisa menyaksikan secara langsung kegiatan petani lokal mengolah ladang dengan sistem tumpang sari. Mereka menanami ladang sekitar lima atau bahkan lebih jenis tumbuhan yang memiliki masa panen yang berbeda dalam satu bidang lahan. Sesuatu yang menarik lainnya, sepanjang perjalanan dari Cekik sampai lokasi pemakaman Teluk Terima akan nampak tiga jenis hutan yang berbeda, yakni Hutan Evergreen ( Hutan Hijau ), Hutan Monsum ( Hutan Musim Tropika ), dan Hutan Mangrove. [BT]
Related Articles
- Menikmati Pesona Pantai Pekutatan
- Istana Kepresidenan Tampak Siring