Menengok Rumah Penyembuhan Ratusan Jiwa

balebengong.net

Bangli, Baliterkini.com - “Timpale suba nyem-nyeman, kirim gen ke Bangli

Tidak bisa dipungkiri, ketika kita mendengar kata “Bangli” digunakan dalam kalimat seperti di atas, otomatis kita akan langsung terpikir mengenai Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli.

Rumah Sakit ini sudah berdiri semenjak 1933, dan merupakan rumah sakit tertua kedua di Bali setelah RSU Wangaya. RSJ ini dulu malah pernah menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Republik Indonesia, walaupun tahun 2002 telah diserahkan pengelolaannya ke Pemerintah Provinsi Bali.

RSJ Bangli kini menampung lebih dari 300 pasien rawat inap dari seluruh wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Belakangan ini, RSJ Bangli mengalami perbaikan wajah. Gedung-gedung tua dirobohkan dan akan diganti dengan gedung baru. Pasien yang dulunya dapat menikmati udara asri dan sejuk Bangli kini harus terganggu aktivitasnya karena banyak ruangan yang diperbaiki. Terlebih, ada rencana pemerintah untuk membangun Pusat Rehabilitasi Narkoba dalam lingkungan yang sama.

Sekitar 300 orang pegawai, termasuk tenaga non-medis, menangani semua pasien rawat inap dan melayani 50-100 pasien rawat jalan yang datang. Selain penyakit, kemampuan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit mereka tidak segera ditangani. Permasalahan lain adalah jarak yang harus ditempuh untuk berobat juga membutuhkan biaya, sehingga sekali pun pasien dapat berobat gratis, masih mengalami kendala.

Dalam hal ini pihak rumah sakit setiap harinya memberangkatkan 2 mobil ke daerah Bali bagian barat dan timur untuk melakukan penyuluhan dan pengobatan gratis sehingga dapat membantu pasien yang terpaksa dipasung oleh keluarganya atau yang dibuang di jalanan. Menurut data dari Direktur Bina Upaya Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, di Bali diperkirakan ada 200-an pasien sakit jiwa yang dipasung oleh keluarganya di rumah.

Pendidikan terhadap keluarga pasien juga sangat penting. Menurut dr. Made Sugiharta Yasa, Sp.KJ, Direktur RSJ Bangli, “pasien sangat sensitif, keluarga harus memperlakukan mereka selayaknya. Berikan obat, biasakan mereka untuk bekerja ringan, berbicara, berolahraga dan berdoa. Pada dasarnya, “jangan jauhi orang gila karena mereka juga manusia”. [BTcom]


TAGS :

Related Articles

- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng

- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi

- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali

- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan

- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau

Komentar