Bangli, BaliTerkini.com – Yeh Mampeh dalam bahasa Indonesia berarti air yang terhempas atau terbang. Disebut demikian lantaran air jatuh berasal dari posisi tinggi menuju ke bawah, seperti yang sering terlihat pada air terjun atau pancuran. Di Banjar Dinas Pengiangan Kawan, Kecamatan Susut , Kabupaten Bangli terdapat Pancuran Yeh Mampeh yang keberadaannya mulai melejit setelah tersebar di media sosial.
Pancuran Yeh Mampeh ini terbentuk dari dinding batu menyerupai goa. Sumber air yang mengalir dari dalam batu ini dipercaya oleh masyarakat lokal sebagai obat bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan bicara atau gagap, umumnya terjadi pada anak memasuki usia dua tahun ke atas.
Di awal keberadaannya pancuran ini tidak begitu menarik perhatian orang, meski orang lokal meyakini kemunculannya dianggap ajaib. Hanya beberapa orang saja yang memanfaatkan sumber air ini sebagai tirta atau air suci yang diperuntukan bagi orang tua yang memiliki anak sulit bicara.
Meski demikian, Pancuran Yeh Mampeh tetap menjadi primadona bagi sejumlah kalangan yang meyakini keberadaannya sebagai pilihan alternatif pemulihan kemampuan bicara. Pengunjung yang datang ke lokasi ini kebanyakan orang tua bersama anak usia antara 2- 4 tahun. Terlebih lagi tingkat kunjungan dirasakan warga mulai ramai semenjak lokasi ini mulai tersebar di media sosial facebook.
Wayan Purnayasa, 38 tahun, orang yang pertama kali membagikan lokasi ini ke media sosial. Niatnya membagikan foto ke teman-temannya terdorong untuk membantu orang lain yang didasari niat tulus. Dirinya yang bertugas menjaga saluran air serta merawat keberadaan pancuran yang telah dijalaninya selama setahun, baru saat ini terbesit keinginannya memberi informasi keberadaan Pancuran Yeh Mampeh ini. Tak ayal, postingannya sudah lebih dari 3 ribu kali dibagikan.
“ Atas informasi selanjutnya saya bertanggung jawab, dan harus siap memberikan bantuan baik itu tenaga maupun informasi yang dibutuhkan oleh umat yang hendak datang kesini, “ ujar Wayan yang juga mengabdi di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) selaku tenaga didik.
Setelah tersebar , keberadaan Pancuran Yeh Mampeh didatangi banyak kaum orang tua yang beranggotakan hingga 4 orang. Wayan merasakan, tingkat kunjungan akhir-akhir ini lumayan meningkat. Dalam sehari, umat yang datang bisa mencapai 4 keluarga. Mereka datang bisa melalui Wayan atau datang langsung mengandalkan petunjuk penduduk setempat.
Umat yang datang selalu disertai dengan barang bawaan berupa sarana persembahyangan seperti canang, banten atau banten pejati yang dipandang sebagai banten yang utama. Setelah menghaturkan sarana-sarana pelengkap lainnya, pengunjung bisa melakukan persembahyangan.
“ Bagi umat yang datang tidak ada batasan sarana banten untuk harus dibawa, namun alangkah baiknya disertai dengan canang pejati. Dan selanjutnya bisa mempergunakan sumber air ini untuk dibawa pulang atau dipergunakan langsung oleh si anak dengan cara membasuh mukanya disertai keyakinan yang tulus, “ papar Wayan seraya mengatakan sudah banyak orang yang terbukti merasakan khasiat dari sumber air ini.
Berpeluang Ditingkatkan Sebagai Wisata Keluarga
Kehadiran sumber air yang keluar dari dalam lubang batu ini dianggap sebagian warga sangat unik. Keberadaannya sudah diketahui sejak lama, bahkan salah seorang warga yang juga selaku Kepala Dusun Desa Pengiangan Kawan, Wayan Brana beranggapan bahwa Pancuran Yeh Mampeh telah ada dari buyutnya masih hidup.
“ Dari dulu sudah ada dan biarkan begitu saja tanpa ada yang menghiraukan manfaatnya, dari nenek moyang mungkin sudah dibilang Yeh Mampeh. Bahkan orang tua saya dulu juga percaya yeh Mampeh ada sejak lama, “ ungkap Wayan Brana.
Untuk menjangkau lokasi ini dibutuhkan sedikit perjuangan karena harus melewati jalan setapak sesaat Anda memarkir kendaraan di ruas jalan desa yang sempit. Ruas jalan setapak akan diwarnai tanjakan dan turunan. Sebagian jalan yang dilalui merupakan perkebunan warga yang ditumbuhi vegetasi alami di daerah tegalan.
Setelah merampungkan perjalanan kaki sepanjang 500 meter dari ruas jalan desa. Anda akan disuguhi suasana teduh berkat naungan pepohonan rindang. Tetesan air dirangkai suasana sepi akan jelas terasa. Keberadaan pancuran yeh Mampeh yang diapit dua lereng perkebunan ini teraliri sungai kecil yang memiliki sumber air melimpah dan jernih.
Masyarakat setempat memanfaatkan keberadaan air ini untuk memenuhi ketersediaan air bersih menuju rumah- rumah dengan membuat instalasi pipa. Saluran air menuju warga ditopang mesin turbin sebagai penggerak.
Sementara Pancuran Yeh Mampeh yang ada disekitarnya dibiarkan apa adanya. Disekelilingnya sudah nampak dipagari besi agar ternetralisir dari kawasan luar yang bukan area suci. “Kedepan sudah ada rencana dari desa membikin Yeh Mampeh sebagai wisata desa, karena terbentur dana jadi dibiarkan apa adanya untuk sebagai pengambilan air suci sebagai pengobatan, “ papar Wayan Brana.
Saat ini Yeh Mampeh terbuka untuk umum, dan sudah mendatangkan kunjungan dari wilayah Bali yang tersebar dari daerah lain. Bagaimana pun keberadaan Yeh Mampeh namanya melejit melalui media sosial bisa sebagai alternaif tujuan wisata untuk menapaki alur-alur setapak menjadi petualang kecil. [BTcom]
Related Articles
- Warisan Suci Pura Batu Kursi, Kisah Keramat dari Buleleng
- Spiritualitas dan Savana di Bukit Pura Batu Kursi
- The Ancient Whispers: The Seven-Century Saga of the Kayu Putih Tree in Bali
- [PHOTO] Pura Segara Rupek: Sebuah Cerita Eksotisme dan Kebersamaan
- Ornamen Tugu di Cartagena, Ilusi Levitasi yang Memukau